Sejarah Beras Rojolele Delanggu

Sejarah Beras Rojolele Delanggu – Penamaan beras Rokolele berasal dari cerita sejarah ketika Raja Pakubuwono IX “tedhak” atau terjun ke masyarakat, pada saat itu Pakubuwono IX tedhak ke Desa Delanggu dan bersama dengan anak laki-laki turut menanam padi. Oleh sebab itu, Pakubuwono IX berpesan ketika nantinya padi ini panen akan dinamai Rojolele.

Beras Rojolele Delanggu adalah varietas beras yang terkenal dari daerah Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia. Nama “Rojolele” merujuk pada varietas beras yang dihasilkan di wilayah tersebut, dan “Delanggu” adalah nama kecamatan di mana beras ini diproduksi.

Beberapa karakteristik dari Beras Rojolele Delanggu meliputi:

  1. Kualitas dan Aroma: Beras ini dikenal memiliki kualitas tinggi dengan aroma yang khas dan menyenangkan. Ini membuatnya sangat populer di kalangan konsumen yang mencari beras dengan cita rasa dan aroma yang istimewa.
  2. Tekstur: Setelah dimasak, beras Rojolele Delanggu menghasilkan nasi yang pulen, lembut, dan kenyal, ideal untuk berbagai hidangan.
  3. Budidaya: Beras ini sering dibudidayakan menggunakan metode pertanian tradisional yang mengutamakan keberlanjutan dan kualitas tanah, yang berkontribusi pada karakteristik unik dari beras tersebut.
  4. Penggunaan: Beras ini biasanya digunakan dalam masakan sehari-hari maupun untuk hidangan spesial, dan sering dianggap sebagai beras premium di daerah tersebut.
  5. Dukungan Komunitas: Produk ini bukan hanya tentang beras, tetapi juga tentang komunitas petani yang bersemangat. Petani-petani ini bekerja sama untuk menghasilkan beras berkualitas terbaik.

Beras Rojolele Delanggu merupakan contoh bagaimana varietas lokal dapat memiliki keunikan tersendiri dan nilai tambah dalam dunia kuliner, serta berkontribusi pada keberagaman dan kekayaan pangan di Indonesia.

Kerjasama antara petani Rojo Lele dan Paguyuban Warga Klaten diharapkan akan membuka peluang baru bagi produk lokal Klaten dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi komunitas petani di daerah Delanggu.

Seiring berjalannya waktu varietas padi di Delanggu panennya dalam setahun hanya 2x, padinya besar – besar, tinggi – tinggi dan rentan penyakit. Oleh sebab itu pemerintah delanggu berkolaborasi dengan BATAN ( Badan Tenaga Nuklir) meneliti varietas Padi yang dengan menguji ketahanan penyakit dan menguji cita rasa beras tersebut

Dengan melakukan beberapa tahap, varietas tersebut di Kementan ( Kementrian Pertanian ) sudah lulus sidang dan lahirnya varietas Rojolele Srinuk yang hanya diperbolehkan di tanam di daerah Delanggu.

Varietas Rojolele Srinuk ini memiliki keunggulan dari segi panen yang lebih cepat hanya 3,5 bulan, lebih kecil tanaman padinya, wangi, pulen dan tahan lama, tahan akan penyakit. Dan hebatnya lagi, Sanggar Rojolele ini mengkonfersikan pola tanam konfesional ke organik.

Sanggar Rojolele juga bermitra dengan Kampus UNS mengadakan Kamus Merdeka Belajar untuk para mahasiswa yang mempraktekan ilmu dari kampus untuk diaplikasi ke lapangan sehingga bisa membantu petani.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top