Sejarah Beras Rojolele

Sejarah Beras Rojolele

Rojolele sendiri merupakan komoditas padi unggulan yang ternyata memiliki historical kental. Nama Rojolele sendiri berasal dari bahasa jawa yaiu “Rojo” yang artinya Raja dan “Thole” yang artinya anak laki-laki.

Penamaan tersebut berasal dari cerita sejarah ketika Raja Pakubuwono IX “tedhak” atau terjun ke masyarakat, pada saat itu Pakubuwono IX tedhak ke Desa Delanggu dan bersama dengan anak laki-laki turut menanam padi. Oleh karena itu, Pakubuwono IX berpesan ketika nantinya padi ini panen akan dinamai Rojolele.

Desa Delanggu juga merupakan Desa Ramah Budaya yang ditetapkan oleh Dewan Kesenian Kabupaten Klaten. Nantinya dengan Omah Rojolele diharapkan bisa menjadi pusat dalam pelestarian budaya Agraris.

1. Varietas Rojolele (induk)

rojolele asli

Padi Rojolele dikenal dengan keunggulannya sebagai beras aromatik yang identik dengan brand Delanggu, keaslian dan keunikan sifatnya yang terbentuk menjadikan padi Rojolele menjadi komoditas unggulan Kabupaten Klaten. Padi varietas Rojolele dari Kabupaten Klaten memiliki keistimewaan rasa yang pulen, gurih, dan beraroma wangi dibandingkan dengan padi varietas lainnya.

Padi Rojolele dikenal dengan keunggulannya sebagai beras aromatik yang identik dengan brand Delanggu, keaslian dan keunikan sifatnya yang terbentuk menjadikan padi Rojolele menjadi komoditas unggulan Kabupaten Klaten.

Aroma wangi beras Rojolele yang diminati konsumen hasil dari campuran volatile, selain itu warna berasnya putih dan bening.  Namun, disisi lain padi varietas Rojolele memiliki kelemahan pada masa tumbuh yang cukup lama dan rentan terhadap hama serta penyakit.

Berikut adalah beberapa deskripsi dari padi rojolele: 

  • Umur panen: Padi rojolele varietas Srinuk memiliki umur panen 120 hari. 
  • Bentuk gabah: Gabah padi rojolele berukuran medium dan berwarna kuning jerami. 
  • Tekstur nasi: Tekstur nasi padi rojolele pulen. 
  • Ketahanan terhadap hama dan penyakit: Padi rojolele agak tahan terhadap tungro dan blast. 
  • Anakan produktif: Padi rojolele varietas Srinuk memiliki anakan produktif 22 batang. 
  • Tahan rebah: Padi rojolele tahan rebah. 
  • Rataan hasil: Padi rojolele memiliki rataan hasil 4,2 ton/ha. 
  • Bentuk tanaman: Padi rojolele memiliki bentuk tanaman tegak. 
  • Tinggi tanaman: Padi rojolele memiliki tinggi tanaman 146-155 cm. 
  • Warna kaki: Padi rojolele memiliki warna kaki ungu. 
  • Warna batang: Padi rojolele memiliki warna batang ungu. 

2. Varietas Rojolele Srinuk

padi srinuk

Padi Rojolele Srinuk merupakan padi hasil rekayasa Pemkab Klaten dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). 

Berikut adalah deskripsi padi Rojolele Srinuk:

  • Umur panen sekitar 120 hari
  • Tahan rebah
  • Anakan produktif sebanyak 22 batang
  • Bentuk gabah medium, berwarna kuning jerami, dan mudah rontok
  • Bentuk beras medium
  • Tekstur pulen
  • Amilosa 15,9%
  • Agak tahan tungro/blast 

Padi Rojolele Srinuk merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bappedalitbang Kabupaten Klaten bekerja sama dengan Batan. Penelitian ini dilakukan karena padi Rojolele lama memiliki beberapa kelemahan, seperti masa tanam yang panjang, batang yang panjang, dan rentan terhadap hama dan penyakit.

Dengan adanya padi Rojolele Srinuk, petani memiliki varietas padi yang lebih diminati karena umurnya yang pendek, batang yang pendek, dan lebih tahan hama. Pemkab Klaten juga telah mendapatkan hak PVT atas varietas ini, sehingga upaya pengembangannya secara luas semakin kuat.

Jenis padi rojolele

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top