Sejarah Delanggu

Ketika itu, Nagari Surakarta belum lama berdiri, kurang lebih baru 40 tahunan, belum ada aturan-aturan yang baku seperti sekarang. Warga pedusunan masih bertindak sendiri-sendiri, semaunya sendiri, masih rusuh dan kacau. Oleh karena itu, setiap ketua kelompok tani masih saling berebut, adu otot, dan adu kesaktian 

Alkisah, Kyai Mertoyudo beserta 5 suadaranya terkenal dengan kesaktiannya dan banyak pengikutnya. Apabila diantara dusun-dusun ada perselisihan dan terjadi perang, maka biasanya mereka meminta bantuan keluarga Kyai Mertoyudo guna memenangkan salah satu pihak yang berselisih.

Jagoan-jagoan Delanggu itu sangat dikenal dan disegani karena sering mendapat kemenangan, hingga dijuluki “Gesul ngumpul, Bondol ngrompol”. Wilayah pengaruhnya, di timur sampai ke Kali Bengawan Solo dan di selatan hingga wilayah Klaten.

Keunggulan-keunggulan kelompok ini telah didengar oleh pihak Keraton Surakarta.

Maka Kyai Mertoyudo diberi gelar “Demang”. Sedang kelima anak lelakinya mendapat kedudukan yang terhormat dan mendapat wilayah masing-masing, yaitu:

  1. RRg Resowitjitro; sebagai  Mantri Gladag, Delanggu.
  2. RT Mertonegoro; diambil menantu oleh Pepatih Dalem KPA Djajaningrat dan diangkat sebagai Bupati Delanggu.
  3. Kyai Resomerdjojo; sebagai Jaksa di Kartasura.
  4. Kyai Demang …. (-?-); di Lumbungkerep.
  5. Kyai Demang Mertosemito; di Krapyak, Delanggu.

Semua jabatan tersebut diperoleh tanpa melalui jenjang kepangkatan dan magang, namun secara langsung dengan pertimbangan keunggulan fisik dan kesaktiannya.

Semula hutan belantara sedikit demi sedikit menjadi persawahan dan perladangan. Di kemudian hari kawasan yang telah berubah menjadi persawahan dan perladangan ini berada dibawah wewenang Karaton Surakarta, maka kawasan ini dinamakan “Siti Pengrambe”.

Sebelum disebut sebagai “Delanggu” seperti sekarang, sebelumnya bernama Getas Kateguhan, dan kemudian berubah menjadi Krapyak Sewu, baru di kemudian hari berubah menjadi Delanggu. Namun, tidak didapati keterangan mengenai arti atau asal usul kata Delanggu.

Namun, dari sumber lain diperoleh keterangan, bahwa Delanggu asal katanya dari “dalan” dan “gung” atau “agung” disingkat “dalan-gung”.

Mungkin mengandung makna jalan besar yang dibangun menghubungkan Surakarta dan Yogyakarta. Ada juga yang mengartikan sebagai “delanggung” yang maknanya adalah tempat/persawahan untuk para peternak menggiring itik-itik mencari makan.

Persawahan delanggu

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top