Tahap Pembibitan & Penanaman

  •  Pembibitan

Pembibitan dan penanaman

Sebelum menanam padi, petani membuat pinihan untuk tempat persemaian menggunakan pacul. Gabah yang akan dijadikan bibit dijemur sampai kering kemudian direndam dalam kuali.

Selanjutnya ditiriskan ke dalam tenggok lalu ditutup rapat hingga muncul akarnya, untuk kemudian disebar di persemaian.

Setelah cukup umur sekitar 14 hari, bibit padi mulai dicabuti untuk dipindahkan ke sawah.

  1.     Nggawe Winih, : membuat atau menyiapkan bibit padi yang siap ditanam di lahan (sawah) hingga panen karena bibit padi tidak langsung ditanam begitu saja di sawah, namun perlu adanya proses pembibitan.
  2.     Ngekum, : merendam bibit padi selama satu malam.
  3.     Ngisis, : meniriskan bibit padi dari air bekas rendaman.
  4.   Nyebar, : menebar benih padi pada sebuah bedengan untuk bibit padi yang siap tanam dalam lahan (sawah) hingga panen.
  5.     Ndaut, : mencabuti benih padi yang telah ditanam dalam bedengan setelah berumur sekitar 25 hari.
  6.     Tandur, : proses penanaman benih padi pada leleran.

 

  • Penanaman

Penanaman Padi

Pra Penanaman, yaitu tahap pembersihan tanaman padi sisa pemanenan sebelumnya, pengaturan saluran air, penggenangan air pada petakan-petakan sawah, pembajakan dan penggaruan tahap pertama dan kedua, pemupukan, pencangkulan, pembuatan persemaian, perendaman benih, pemeraman benih, penyebaran benih, dan pemeliharaan persemaian.

Sedangkan tahapan Penanaman, yaitu pemindahan tanaman padi yang sudah tumbuh di persemaian ke petakan-petakan sawah, dan menanam tanaman padi dengan jarak tanam beraturan.

Penanaman Pada waktu tandur hanya menggunakan tangan saja, tidak perlu menggunakan alat bantu. Hanya menggunakan pedoman untuk mengatur penanaman berupa kentheng

Tahapan ini menggunakan beberapa alat dalam prosesnya, yaitu sebagai berikut:

 1. Tandur Blak (garisan)

Penggaris sawah, yang dikenal dengan sebutan “blak,” adalah alat pertanian tradisional yang digunakan dalam proses penanaman padi di sawah.

Tandur blak terbuat dari kayu atau bambu yang diberi tanda cat pada jarak tertentu, biasanya sekitar 18 hingga 20 cm, dengan panjang mencapai 3 meter atau lebih.

Pada zaman dahulu, blak digunakan untuk menentukan jarak antar tanaman padi, sehingga memudahkan petani dalam menanam benih dengan tepat di setiap tanda cat yang ada pada alat tersebut. Proses penanaman dengan blak dilakukan secara mundur, berbeda dengan metode tanam modern saat ini.

Dalam penggunaannya, blak ditempatkan secara lurus di atas sawah yang telah diberi tanda dengan tali, kemudian petani secara serempak menanam bibit padi dengan gerakan mundur. Dari proses ini lahirlah istilah “tandur” yang merupakan singkatan dari “tanam mundur.”

 2. Garisan (garit)

Penggaris sawah adalah alat pertanian Tradisional yang terbuat dari kayu dan atau besi. Jarak antara masing-masing bagian garisan biasanya antara 18 – 25 cm.

Penggaris sawah berfungsi untuk memberi batas/jarak antara tanaman padi sehingga para penanam dapat dengan mudah menanam benih adi tepat di setiap ada perempatan hasil atau tapak/bekas garisan.

Penggaris jenis ini hanya bisa digunakan pada sawah yang bisa disusutkan airnya. Adapun untuk sawah yang tidak bisa disurutkan airnya maka alat yang dipakai agar tanaman jarak nya rapi dan lurus adalah dengan menggunakan tambang kecil ataupun benang nilon dan sejenisnya. 

3. Tandur Kentheng

Kentheng adalah peralatan tradisional yang khusus digunakan dalam pertanian padi yaitu saat penanaman. Kata kentheng berasal dari bahasa Jawa artinya tali atau tambang yang dibentangkan.

Kentheng dibuat dari bahan baku kayu atau bambu yang bagian bawahnya dihubungkan dengan tambang, yang terbuat dari pintalan serat kulit pohon waru (lulub).

Pada proses pertanian padi tradisional di Desa Delanggu, kentheng digunakan ketika penanaman, fungsinya untuk pedoman agar padi yang ditanam lurus dan patokan untuk mengatur larikan padi yang ditanam. Selain itu kentheng ini dugunakan untuk menandai garis agar blak mejadi lurus

4. Nampan Bibit (Tephak)

Tephak adalah alat inovatif yang digunakan dalam penyemaian bibit padi di luar lahan sawah, dengan hasil akhir yang dapat digulung menyerupai lembaran polietilen.

Alat ini dapat terbuat dari kayu atau plastik, dengan ukuran yang bervariasi, biasanya sekitar 25×35 cm, tergantung kebutuhan setiap petani. Sebelum munculnya tephak, proses penyemaian bibit padi dilakukan langsung di lahan sawah.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top